Logika Matematika Penarikan Kesimpulan
Penarikan Kesimpulan Dalam Matematika
Definisi Dilemma dan Jenis-Jenisnya
A. Pengertian Dilemma
Menurut
Mundari dalam bukunya yang berjudul logika ia mengartikan Dilema adalah
argumerntasi, bentuknya merupakan campuran antara silogisme hipotetik dan
silogisme disyungtif. Hal ini terjadi karena premis mayornya terdiri dari dua
proposisi hipotetik dan premis minornya satu proposisi disjungtif. Konklusinya,
berupa proposisi disyungtif, tetapi bisa proposisi kategorika. Dalam dilema,
terkandung konsekuensi yang kedua kemungkinannya sama berat. Adapun konklusi
yang diambil selalu tidak menyenangkan. Dalam debat, dilemma dipergunakan
sebagai alat pemojok, sehingga alternatif apapun yang dipilih, lawan bicara
selalu dalam situasi tidak menyenangkan.
Suatu
contoh klasik tentang dilema adalah ucapan seorang ibu yang membujuk anaknya
agar tidak terjun dalam dunia politik , sebagai brikut;
1) Jika engkau berbuat adil
manusia akan membencimu . Jika engkau berbuat tidak adil tuhan akan membencimu
. Sedangkan engkau harus bersikap adil atau tidak adil . Berbuat adil ataupun
tidak engkau akan dibenci.
2) Apabila para mahasiswa suka
belajar , maka motivasi menggiatkan belajar tidak berguna . Sedangkan bila
mahasiswa malas belajar motivasi itu tidak membawa hasil. Karena itu motivasi
menggiatkan belajar itu tidak bermanfaat atau tidak membawa hasil.
Pada kedua contoh tersebut, konklusi
berupa proposisi disjungtif, Contoh pertama adalah dilemma bentuk baku, kedua
bentuk non baku. Sekarang kita ambil contoh dilema yang konklusinya merupakan
keputusan kategorika.
·
Jika
Budi kalah dalam perkara ini, ia harus membayarku berdasarkan keputusan
pengadilan. Bila ia menang ia juga harus membayarku berdasarkan perjanjian. Ia
mungkin kalah dan mungkin pula menang. Karena itu ia harus tetap harus membayar
kepadaku.
·
Setiap
orang yang saleh membutuhkan rahmat supaya tekun dalam kebaikan. Setiap
pendusta membutuhkan rahmat supaya dapat ditobatkan. Dan setiap manusia itu
saleh atau pendusta. Maka setiap manusia membutuhkan rahmat.
Dilema dalam arti lebih luas adalah
situasi (bukan argumentasi) dimana kita harus memilih dua alternative yang
kedua – duanya mempuyai konsekwensi yang tidak diingi, sehingga sulit
menentukan pilihan.
A.
Bentuk dan Jenis dilemma
1.
Dilemma Konstruktif
Argumen dilemma
konstruktif dibangun dari proposisi disjungtif, alternatifnya menjadi anteseden
bagi proposisi kondisional dan konsekuen proposisi kondisional menjadi
kesimpulan. Dilemma konstruktif terbagi menjadi dua yaitu dilemma konstruktif
sederhana dan dilemma konstruktif pelik.
Dilema konstruktif adalah
"bentuk penyimpulan bercabang dengan modus ponendo ponen (dalam silogisme
ekuivalen)". Yaitu, menetapkan anteseden masing-masing proposisi
implikatif pada premis mayor, maka kesimpulannya menetapkan konsekuen
masing-masing proposisi itu. Ada 3 hukum dasar dilema konstruktif:
1) Jika (Jika anteseden-1 maka
konsekuen, dan jika anteseden-2 maka konsekuen) dan (anteseden-1 atau
anteseden-2), maka kesimpulannya (konsekuen).
2) Jika (jika anteseden-1 maka
konsekuen-1, dan jika anteseden-2 maka konsekuen-2) dan (anteseden-1 atau
anteseden-2), maka kesimpulannya (konsekuen-1 atau konsekuen-2).
3) Jika (jika anteseden maka
konsekuen-1, dan jika non-anteseden maka konsekuen-2) dan (anteseden atau
non-anteseden), maka kesimpulannya (konsekuen-1 atau konsekuen-2). Bukti
ke-tepat-an dilema konstruktif, dengan tabel kebenaran, dan bukti kebenarannya
adalah TAUTOLOGI
Dilema Konstruktif
Premis 1 : (p ⇒
q) ∧ (r ⇒ s)
Premis 2 : p ∨ r
Konklusi : q ∨
s
Dilema konstruktif ini merupakan kombinasi dua argumen
modus ponen (periksa
argumen modus ponen).
Contoh :
Premis 1 : Jika hari hujan, aku akan tinggal di rumah;
tetapi jika pacar datang, aku
pergi berbelanja.
Premis 2 : Hari ini hujan atau pacar datang.
2. Dilema Destruktif
Argumentasi dilema destruktif dibuat dari proposisi disjungtif yang mengasimilasikan konsekuensi-konsekuensi proposisi kondisional dan kesimpulannya mengasimilasikan anteseden-anteseden itu. Dilema destruktif adalah "bentuk penyimpulan bercabang dengan modus tolendo tolen (dalam silogisme ekuivalen)". Yaitu, ingkari konsekuen masing masing proposisi Implikatif pada premis mayor, maka kesimpulannya ingkari masing-maisng anteseden proposisi itu. Ada 2 hukum dasar dilema destruktif,
1) Jika (jika anteseden maka konsekuen 1, dan jika anteseden maka konsekuen-2) dan (non-konsekuen-1 atau non-konsekuen-2), maka kesimpulannya (non anteseden).
2) Jika (jika anteseden-1 maka konsekuen-1, dan jika anteseden-2 maka konsekuen-2) dan (non konsekuen-1 atau non konsekuen-2), maka kesimpulannya (non anteseden-1 atau non anteseden-2). Bukti ke-tepat-an dilema destruktif, dengan tabel kebenaran, dan bukti ke benar-annya adalah TAUTOLOGI Untuk ingkari dilema dengan RETORSI (penyimpulan dilema yang kesimpulannya untuk ingkari kesimpulan dilema semula).
Dilema Destruktif :
Premis 1 : (p ⇒
q) ∧ (r ⇒ s)
Premis 2 : ~ q ∨ ~ s
Konklusi : ~ p ∨
~ r
Contoh :
Premis 1 : Jika aku memberikan pengakuan, aku akan digantung;
dan jika aku tutup mulut, aku akan ditembak mati.
Premis 2 : Aku tidak akan ditembak mati
atau digantung.
Konklusi : Aku tidak akan memberikan pengakuan, atau tidak
akan tutup mulut.
Daftar
Pustaka
Ruswandi, E. (2011, April 21). Dilemma. Retrieved from filsafatus.blogspot: http://filsafatus.blogspot.com/2011/04/dilema.html?m=1 diakses pada tanggal 5 November 2022
Mehra, Partap Sing dkk. 1996. Pengantar Logika Tradisional, Bandung: Bina Cipta.
Soekadidjo.1994. Logika Dasar, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumaryono.
1999. Dasar-dasar Logika, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Komentar
Posting Komentar